Menggugat Tuhan

Kadang iri juga membaca tulisan beberapa blogger, mereka bisa melakukan aktivitas yang disukai ditengah kesibukan kerja, jalan jalan ke luar negeri atau sekedar refreshing menghabiskan weekend nya di beberapa daerah di tanah air yang exotis, menuliskan jurnal perjalanan nya di dalam blog yang membuat orang iri supaya ingin juga mengunjunginya. Yang jadi pertanyaan kerja seperti apakah mereka? dibandingkan dengan para perkerja pabrik atau kantoran yang setiap hari berkutat dengan kesibukan pulang pergi rumah, kantor, pabrik sampai wajah udah seperti angkot 🙂 , boro-boro mikirin rekreasi, mengatur waktu kerjaan dan keluarga serta memanage isi kocek sudah menguras waktu.

Kadang berfikir inikah keadilan Tuhan? Astagfirullah… sampai sejelek itukah prasangka ku pada Tuhan.

Kadang merenung, mungkin dibalik itu ada hikmah nya, apa yang dirasa kita baik, indah, dan menyenangkan belum tentu baik, indah dan menyenangkan dimata Tuhan. Bukan berarti tuhan tidak menyukai orang yang suka travel lho …

Kadang membaca tulisan orang-orang sederhana yang menulis kisah perjalanan nya dari rumah ke tempat kerja yang bila direnungkan banyak mengandung hikmah kehidupan.

Kadang miris juga, apakah fikiran seperti ini menunjukan penulisnya seorang yang lemah, malas berusaha dan menerima saja apa adanya. Aku bilang Tidak!!!, jadikan hal ini sebagai pemicu untuk berusaha lebih keras untuk bisa mengikuti orang-orang di point Kadang pertama. Mereka tidak berniat menimbulkan rasa iri kok, mereka hanya menuliskan apa yang dia lihat dan dia rasakan. Tidak pantas Tuhan digugat untuk hal sepele seperti ini.

Kadang Kadang

Kadang Kadang

3 responses to “Menggugat Tuhan

  1. kang.. bukannya menggurui. Maaf sebelumnya yah. Saya juga kadang punya perasaan yang sama dengan akang, tapi mungkin menurut saya belum waktunya bagi kita. Atau kita memang cuma dikaruniai anugrah “menikmati”.
    Kadang2 kita juga cukup senang kan kalau kita hanya bisa melihat photo-photo tempat exotis yang mereka bawa atau tampilkan. Atau cuma sekedar mendengar mereka bercerita, tapi kita diajak “berkhayal” ke sana. Saya bisa menikmati.
    Tapi kalau bisa seperti mereka… kenapa tidak hehehe Untuk saat ini? Nikmati saja dulu yang ada & thanks God for everything has done f us

  2. @ wengk
    Hatur nuhun, semoga jadi pencerahan buat saya

  3. sama-sama kang..
    Tidak ada ruginya kok walau cuma menikmati. Saya jadi ingat kawan saya, rasanya menurut saya dia itu sudah hampir punya segalanya. Rumah besar, isteri dan anak-anak yang baik, pekerjaan ajib ( direktur sebuah stasiun TV swasta ), gajinyanya juga ajib. Kalau keluar negeri mah jangan ditanya berapa kali. Pokoknya kalau kita lihat sepintas hidupnya enak. Tapi ternyata kemewahan yang dia miliki itu belum membuat dia merasa aman dan puas. Kemana-mana di kawal bodyguard – jadi gak leluasa, selalu bawa pistol- takut kalau-kalau ada yang membuntuti atau mungkin berniat jahat kepadanya, gak nyaman di tempat ramai kecuali di lingkungan kerja dia.
    Akhirnya yang bisa menikmati fasilitas dan kemewahan itu ya kami, kawan-kawannya hahaha, enak kan?. Bahkan mungkin pembantunya lebih bisa menikmati, karena sering ditinggal pergi sang majikan.
    Maksud saya kang, bersyukur itu kan dalam segala situasi.., sabar itu panjang… Tuhan tahu apa yang tepat dan pantas buat kita. Kalau kita menggugat Tuhan, bisa-bisa kita yang digugat balik tanpa dapat pembelaan.. hahaha
    Sabar ya kang. Setidaknya akang tinggal di tempat asyiklah, gak kalah kok sama tempat-tempat lain.. tapi kalau kadang-kadang bosan saja mah jamaklah hahaha
    Maju terus kang.

Tinggalkan komentar